AKUNTANSI BIAYA
Produk Bersama (Joint-Produk)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Biaya yang diampu oleh ibu. Kertati
Sumekar, SE. MM
Disusun oleh kelompok 3 :
Kelas IV C
1.
M. Ajik Wahyu A. [ 2012 – 11 - 217 ]
2.
Fachrizal Imam R. [ 2012 – 11 – 218 ]
3.
Marselina Safitri [ 2012 – 11 – 219 ]
4.
Siti Zuariyah [ 2012 – 11 – 220 ]
5.
Abdul Manan [ 2012 – 11 – 221 ]
6.
Riana Untari [ 2012 – 11 – 222 ]
7.
Rinata Febrianti [ 2012 – 11 – 224 ]
8.
Novian Tri W. [ 2012 – 11 – 225 ]
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2014
A.
PRODUK
BERSAMA
Biaya bersama timbul apabila pemrosesan
satu jenis bahan mentah atau lebih dapat menghasilkan produk lebih dari satu
jenis. Contohnya adalah pabrik pengolahan minyak bumi yang menghasilkan barang
jadi berupa : avtur, avigas, premix, premium, solar, kerosene, minyak diesel,
aspal, dan lainnya.
Untuk menentukan harga pokok dari
masing-masing jenis barang jadi yang dihasilkan dapat digunakan 4 metode yaitu
:
1)
Metode harga jual relatif (relative sales values), 2) Metode satuan fisik
(physical unit method), 3) Metode rata-rata biaya per satuan (average unit cost
method), 4) Metode rata-rata tertimbang (the weighted average method)
1.
Metode
Harga Jual Relatif
Logika dari metode ini adalah bahwa
harga jual suatu produk merupakan refleksi dari biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk bisa terjual dengan
harga yang lebih tinggi dari produk lainnya, maka dapat diasumsikan bahwa biaya
yang dikeluarkan untuk mengolah biaya tersebut juga lebih banyak dari produk
lainnya yang harga jualnya lebih rendah. Segi positif dari metode ini adalah
bersifat netral terhadap profitabilitas relatif dari masing-masing produk.
Nilai jual relatif dari
masing-masing produk dapat ditentukan dari :
a. Harga
pasarnya pada saat titik pemisahan (split of), jika produk tersebut dapat laku
dijual pada saat titik pemisahan.
b. Harga
pasar hipotesis yaitu harga pasar final dikurangi biaya pengolahan lanjutan
setelah titi pemisahan, jika produk tersebut tidak dapat dijual pada saat titik
pemisahan.
Contoh Soal 1
Biaya
bersama yang dikeluarkan oleh perusahaan Kilang Minyak Caltex selama satu
periode adalah sebesar Rp 45.000.000,00.
Dari
hasil pengeboran minyak mentah dapat dihasilkan : 15.000 liter premix, 20.000
liter premium, 25.000 liter solar dan 10.000 liter minyak tanah. Harga jual per
liter dari keempat produk tersebut adalah sebagai berikut : Premix Rp 1.200
Premium Rp 1.000 Solar Rp 650 dan Minyak Tanah Rp 450. Berapakah harga pokok
per liter dari masing-masing jenis produk tersebut.
Jawabannya
dapat dilihat pada Gambar No. V-I
Gambar
No. V-I
ALOKASI
BIAYA PRODUK BERSAMA
METODE
NILAI JUAL RELATIF
Jenis
produk
|
Produk
yang dihasilkan
|
Harga
jual per liter
|
Jumlah
nilai jual
|
Nilai
jual relatif
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)=(2)x(3)
|
(4)/(4)
|
Premix
Premium
Solar
Minyak
Tanak
|
15.000
liter
20.000
liter
25.000
liter
10.000
liter
|
Rp 1.200
Rp 1.000
Rp
650
Rp
450
|
Rp 18.000.000
Rp 20.000.000
Rp 16.250.000
Rp.
4.500.000
|
30,64%
34,00%
27,66%
7,70%
|
Jumlah
|
70.000
liter
|
|
Rp
58.750.000
|
100,00%
|
Selanjutnya
harga pokok per liter dari masing-masing jenis produk dapat dihitung sebagai
berikut :
Premix = (30,64% x Rp
45.000.000)/15.000 = Rp 919,20
Premium = (34,00% x Rp 45.000.000)/20.000 =
Rp 765,00
Solar = (27,66% x Rp
45.000.000)/25.000 = Rp 497,88
Minyak
Tanak = ( 7,70%
x Rp 45.000.000)/10.000 = Rp
346,50
Contoh Soal 2
Sebuah
perusahaan menggunakan satu jenis bahan baku yang menghasilkan dua jenis
pproduk, yaitu produk A dan produk B. Biaya yang telah dikeluarkan selama satu
bulan sebesar Rp 30.000.000,00. Biaya pengolahan tambahan untuk produk A
setelah terpisah dari produk B adalah Rp 100.000,00 per kg. Harga jual per kg
Rp 400.000,00 untuk produk A
dan Rp 250.000,00 untuk produk B. Berapakah harga pokok per kg untuk produk A
dan produk B ?
Jawab
:
Nilai jual hipotesis produk A = Rp
400.000,00 – Rp 100.000 = Rp 300.000,00
Nilai
jual hipotesis produk B = Rp 250.000,00 – Rp 0 =
Rp 250.000,00
Jumlah Nilai Jual hipotesis produk
A = 10.000 x Rp 300.000 = Rp
3.000.000.000
Jumlah Nilai Jual
hipotesis produk B = 6.000 x Rp 250.000 = Rp 1.500.000.000
Jumlah
Nilai Jual untuk seluruh produk =
Rp 4.500.000.000
Nilai Jual relatif produk A = (Rp
3.000.000.000/4.500.000.000)x100% = 66,70%
Nilai
Jual relatif produk B = (Rp 1.500.000.000/4.500.000.000)x100% = 33,30%
Harga pokok per kg produk A = (66,70% x Rp
30.000.000)/10.000 = Rp 200,00
Harga
pokok per kg produk B = (33,30% x Rp
30.000.000)/ 6.000 = Rp 167,00
2.
Metode
Kuantitas Fisik
Dalam
metode ini biaya bersama dialokasikan ke masing-masing produk berdasarkan
ukuran kuantitas fisik dari setiap jenis produk yang dihasilkan. Ukuran tersebut
dapat berupa jumlah unit ataupun satuan ukuran tertentu seperti kilogram,
liter, meter persegi, meter kubik dan sebagainya.
3.
Metode
Rata-Rata Biaya Per Satuan
Metode
ini hanya dapat digunakan bila biaya bersama atas produk yang dihasilkan dapat
diukur dalam satuan yang sama. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan
yang menghasilkan berbagai jenis produk yang sama satu proses tetapi
kualitasnya berbeda. Harga pokok masing-masing jenis produk dialokasikan sesuai
jenis proporsi kuantitas yang diproduksi.
Contoh Soal 1
100.000
barel minyak mentah diolah dalam proses penyulingan. Dalam proses penyulingan
sebanyak 2.000 barel menguap hilang (susut). Kuantitas hasil produksi adalah
sebagai berikut :
Premix
2.000 barel
Premium 26.000 barel
Minyak Tanah 10.000 barel
Pelumas 3.000
barel
Minyak bakar 50.000 barel
Gas 3.000 barel
Produk
lainnya 4.000 barel
Harga
pokok minyak mentah 100.000 barel Rp 150.000.000,00
Buatlah
alokasi harga pokok bahan baku (minyak mentah) ke masing-masing jenis produk!
Jawab
:
Jumlah
bahan baku yang jadi produk = 100.000 – 2.000 = 98.000 barel. Prosentasi
kuantitas dari masing-masing jenis produk adalah dapat dihitung sebagai berikut
:
Premix = (
2.000/98.000 ) x 100% = 2,04%
Premium = ( 26.000/98.000 ) x 100% = 26,52%
Minyak Tanah = ( 10.000/98.000 ) x 100% = 10,21%
Pelumas = (
3.000/98.000 ) x 100% = 3,06%
Minyak bakar = ( 50.000/98.000 ) x 100% = 51,03%
Gas =
( 3.000/98.000 ) x 100% = 3,06%
Produk lainnya = (
4.000/98.000 ) x 100% = 4,08%
Jumlah =
100,00%
Harga
pokok bahan baku yang melekat pada masing-masing produk dapat dihitung sebagai
berikut :
Premix 2,04% x Rp 150.000.000 = Rp 3.060.000,00
Premium 26,52%
x Rp 150.000.000 = Rp 39.780.000,00
Minyak Tanah 3,06% x Rp
150.000.000 = Rp 15.315.000,00
Pelumas 51,03%
x Rp 150.000.000 = Rp 4.590.000,00
Minyak bakar 3,06% x Rp
150.000.000 = Rp 76.455.000,00
Gas 4,08% x Rp 150.000.000 = Rp
4.590.000,00
Produk lainnya
10,21% x Rp 150.000.000 =
Rp 5.120.000,00
Jumlah 100,00% = Rp
150.000.000,00
Contoh Soal 2
PT
Albisindo Timber menghasilkan berbagai macam kualitas kayu. Dalam tahun 1998,
perusahaan menghasilkan 762.000 meter kubik kayu gergajian, dengan biaya
sebesar Rp 228.600.000,00. Rata-rata biaya per 1.000 meter kubik digunakan
untuk mengalokasikan berbagai macam kualitas kayu. Adapun jenis kayu yang
dihasilkan selama tahun 1998 adalah sebagai berikut :
Kayu Kelas Utama 76.200 meter kubik
Kayu Kelas 1 381.000 meter kubik
Kayu Kelas 2 152.400 meter kubik
Kayu Kelas 3 152.400 meter kubik
Jumlah 762.000
meter kubik
Berapa
harga pokok masing-masing Kelas kayu per 1.000 meter kubik ?
Jawab
:
Biaya
rata-rata per meter kubik = Rp 228.600.000 / 762 = Rp 300.000
Harga
pokok produk dapat dihitung sebagai berikut :
Kayu Kelas Utama 76,2
x Rp 300.000,00 = Rp 22.860.000,00
Kayu Kelas 1 381,0 x Rp 300.000,00 =
Rp 114.300.000,00
Kayu Kelas 2 152,4 x Rp 300.000,00 =
Rp 45.720.000,00
Kayu Kelas 3 152,4 x Rp 300.000,00 = Rp
45.720.000,00
Jumlah
=
Rp 228.600.000,00
Contoh Soal 3
Sebuah
perusahaan menggunakan satu jenis bahan baku untuk memproduksi 3 jenis produk,
yaitu : produk A, produk B dan produk C. Angka penimbang dari produk tersebut
adalah : produk A = 3, produk B = 2, produk C = 1. Jumlah biaya yang
dikeluarkan selama periode akuntansi
sebesar Rp 645.000.000,00 , sedangkan jumlah yang diproduksi adalah produk A =
40.000 unit, produk B = 35.000 unit, produk C = 25.000 unit. Buatlah alokasi
bersama biaya ke produk A, produk B, produk C.
Jawab
:
Jumlah
penimbang dihitung sebagai berikut :
Produk A = 40.000 x 3 = Rp 120.000
Produk B = 35.000 x 2 = Rp 70.000
Produk C = 25.000 x 1 = Rp 25.000
Jumlah
angka penimbang = Rp 215.000
Alokasi
biaya bahan ke masing-masing produk adalah sebagai berikut :
Produk A = ( 120.000/215.000 ) x Rp 645.000.000 = Rp 360.000.000
Produk B = ( 70.000/215.000 )
x Rp 645.000.000 = Rp 210.000.000
Produk C = (
25.000/215.000 ) x Rp 645.000.000 =
Rp 75.000.000
Jumlah =
Rp 645.000.000
4.
Metode
Rata-Rata Tertimbang
Dalam
metode ini kuantitas produksi dikalikan dengan angka penimbang dan hasil
kalinya digunakan untuk sebagai dasar alokasi biaya bersama. Penentuan angka
penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai,
sulitnya pembuatan produk, lama waktu yang digunakan, dan perbedaan jenis
tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan. Jika yang
dipakai sebagai angka penimbang ada harga jual produk maka metode alokasinya
disebut metode nilai jual alternatif.
5.
Metode
Biaya Penggantian
Biaya
bersama dialokasikan ke masing-masing produk berdasarkan perbandingan biaya
total penggantian (replacement-cost). Biaya penggantian adalah biaya yang harus
dikeluarkan pada saat itu untuk memperoleh atau menghasilkan suatu produk yang
sama.
Terimakasih sudah membantu
BalasHapusTerimakasih,sangat membantu
BalasHapus